Bulog diminta untuk melakukan intervensi pasar.
Rabu, 1 Oktober 2014
VIVAnews
- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat beras menjadi salah satu
penyumbang inflasi sebesar 0,27 persen pada September ini. Beras
disebutkan menyumbang 0,02 persen terhadap inflasi.
Deputi BPS Bidang Statistik, Distribusi, dan Jasa, Sasmito Hadi Wibowo, mengatakan, inflasi diakibatkan oleh spekulasi pedagang beras. Seperti diketahui, BPS memperkirakan angka produksi beras akan turun 1,98 persen akibat El Nino.
"Sebetulnya, karena ekspektasi produksi turun, mereka mempertahankan harga tinggi, kecuali dalam beberapa bulan ke depan ada lompatan perbaikan peningkatan produksi. Entah bagaimana caranya," kata Sasmito di Jakarta, Rabu 1 Oktober 2014
Deputi BPS Bidang Statistik, Distribusi, dan Jasa, Sasmito Hadi Wibowo, mengatakan, inflasi diakibatkan oleh spekulasi pedagang beras. Seperti diketahui, BPS memperkirakan angka produksi beras akan turun 1,98 persen akibat El Nino.
"Sebetulnya, karena ekspektasi produksi turun, mereka mempertahankan harga tinggi, kecuali dalam beberapa bulan ke depan ada lompatan perbaikan peningkatan produksi. Entah bagaimana caranya," kata Sasmito di Jakarta, Rabu 1 Oktober 2014
Dia melanjutkan, kondisi ini didukung adanya kenaikan harga gabah pada September sebesar 2,6 persen.
Data BPS menyebutkan,
pada September rata-rata harga gabah kering giling (GKG) di tingkat
petani sebesar Rp4.282,54 atau naik 2,69 persen, dan di penggilingan
naik 2,82 persen menjadi Rp4.369,26 dibandingkan dengan harga gabah
kualitas yang sama pada Agustus 2014. Hal inilah yang dinilainya perlu
dilakukan antisipasi.
"Tadi, kenaikan harga gabah di bulan September kan 2,6 persen, dan ini memang harus diantisipasi. Gabah yang dibeli sekarang ini dijualnya kan Oktober. Kalau harganya segitu, berarti bisa kebawa ke sana. Ini yang harus dijaga," kata dia.
Intervensi pasar
"Tadi, kenaikan harga gabah di bulan September kan 2,6 persen, dan ini memang harus diantisipasi. Gabah yang dibeli sekarang ini dijualnya kan Oktober. Kalau harganya segitu, berarti bisa kebawa ke sana. Ini yang harus dijaga," kata dia.
Intervensi pasar
Bulog, lanjut Sasmito,
harus mengantisipasi keadaan tersebut. Caranya adalah operasi pasar.
"Mungkin harus diantisipasi Bulog, apakah akan menyiapkan operasi pasar
Oktober untuk jaga-jaga supaya harga beras tidak naik," kata dia.
Sasmito menilai, jika harga beras sudah mendekati kenaikan tiga persen, perusahaan pelat merah wajib untuk melakukan intervensi pasar.
Sasmito menilai, jika harga beras sudah mendekati kenaikan tiga persen, perusahaan pelat merah wajib untuk melakukan intervensi pasar.
"Ini kan sudah mendekati
dari kenaikan harga. Kemungkinan mereka akan mengantisipasi. Mereka kan,
sudah punya stok cukup," kata dia.
Jika harga gabah naik 2,6 persen, dia memungkinkan harga beras di pasar juga naik pada kisaran tersebut.
Jika harga gabah naik 2,6 persen, dia memungkinkan harga beras di pasar juga naik pada kisaran tersebut.
"Itu yang harus
diintervensi pemerintah lewat Bulog untuk tambahan beras yang cukup.
Kalau Bulog melakukan intervensi, kemungkinan harganya akan bertahan,"
kata dia. (art)
http://bisnis.news.viva.co.id/
http://bisnis.news.viva.co.id/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar